Halaman

Powered By Blogger

SELAMAT DATANG DI ZMID

"ZMID" adalah kulasan berita yang berisi tentang Politik dan dunia militer baik dalam maupun luar negeri.

Rabu, 16 Oktober 2013

Test Drive Panser Anoa VVIP, Panser Kepresidenan Produksi PT Pindad


Sebagai orang nomor satu, presiden harus mendapat fasilitas nomor satu. Karena itulah, disediakan fasilitas mobil khusus presiden, pesawat kepresidenan, dan yang baru selesai dibuat: panser kepresidenan. Pekan lalu Jawa Pos mendapat kesempatan merasakan ketangguhan dan kenyamanannya.
 
M. Salsabyl Ad'n, Bandung
 

Sebagai salah satu negara di dunia yang aman, tenteram, dan jarang mengerahkan persenjataan militer untuk konfrontasi, Indonesia patut berbangga memiliki PT Pindad. Perusahaan negara itu tak henti-hentinya melakukan inovasi untuk memenuhi amanat menyiapkan alat utama sistem persenjataan (alutista) terbaik dan termodern buat Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polri.  
 
Kebanggan itulah yang dirasakan Jawa Pos saat menyusuri kantor pusat sekaligus tempat produksi Pindad di Bandung pekan lalu. Baru memasuki pintu gerbang, pandangan langsung menjumpai gudang yang berisi kendaraan-kendaraan superbesar. Mulai truk pengangkut TNI yang sering dijumpai di jalanan hingga kendaraan militer seperti panser dengan bodi baja yang tebal.
 
Namun, di antara puluhan kendaraan di gedung-gedung ukuran besar tersebut, Jawa Pos diarahkan salah seorang staf Pindad untuk mengunjungi beberapa panser yang terlihat mendapat perlakuan istimewa. Sebetulnya, saat Jawa Pos pertama melihat, tidak ada satu pun hal yang membuat panser itu layak dinilai istimewa bila dibandingkan dengan panser yang lain.
 
Namun, ketika kesempatan menengok bagian dalam diberikan, kesan yang muncul justru sebaliknya. Sewaktu dibuka, panser tersebut dilengkapi kursi busa nan nyaman. Seperti di kokpit pesawat kelas eksekutif. Di depannya, layar besar tampak mewah terpajang. Dilihat dari modelnya, layar itu lebih seperti televisi mahal untuk hiburan daripada layar pemantau yang biasanya ada di kendaraan militer. Bahkan, di dalam panser tersebut ada kulkas kecil. Selintas mirip dengan fasilitas di limosin mewah.
 
PT Pindad memang sengaja memasang fitur yang berbeda untuk panser yang satu ini. Semua perangkat yang disematkan di interior panser spesial itu serbanyaman. Maklum saja, calon pengguna panser tersebut bukan sembarang orang. Dialah panglima seluruh angkatan bersenjata TNI-Polri: pesiden Republik Indonesia.
 
Ya, panser itu bakal menjadi salah satu moda transportasi RI-1 selain mobil dinas. Tentu saja panser tersebut digunakan ketika keadaan darurat, saat nyawa pucuk pimpinan pemerintahan terancam. Panser yang dinamai Anoa VVIP tersebut diciptakan sebagai kendaraan militer pertama yang dirancang khusus untuk pejabat negara.
 
Manajer Pemasaran PT Pindad Sena Maulana menjelaskan, PT Pindad telah merampungkan empat unit"panser"Anoa yang dipesan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres). Perinciannya, tiga unit Anoa VVIP dan satu unit mobil"panser"untuk kendaraan pengawal. "Kami mendapat pesanan sekitar empat bulan lalu. Sebelumnya Paspampres punya"panser. Tapi, kali ini pemesanannya khusus untuk presiden," ujarnya kepada Jawa Pos.
 
Untuk proyek dari istana tersebut, Sena mengakui, pihak perusahaan memberikan prioritas tertinggi. Karena itu, waktu yang dibutuhkan tidak terlalu lama. "Sebenarnya Anoa tersebut diciptakan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Jadi, kalau kita beli dari luar negeri, kan seadanya yang dijual itu yang didapatkan. Karena ini adalah industri pertahanan nasional, kita harus memenuhi kebutuhan pemerintah," ujarnya.
 
Lalu, apa sebenarnya yang membedakan Anoa VVIP dengan Anoa tipe lainnya? Sena menjelaskan, secara spesifikasi, tidak ada yang berbeda. Dengan lapisan baja setebal 10 mm, bodi kendaraan itu bisa menahan peluru berkaliber 7,62 mm. Bahkan, lapisan bisa di-upgrade untuk menahan peluru berkaliber 12,7 mm. "Ini nanti untuk perlindungan presiden dan keluarga presiden serta anggota kabinet. Pokoknya, siapa pun yang digolongkan VVIP oleh Paspampres," tambahnya.
 
Yang berbeda adalah interior yang khusus diperuntukkan kenyamanan presiden dan keluarga. Kendaraan tersebut dibagi menjadi dua bagian. Yakni, operasional di bagian depan. Bagian tersebut diperuntukkan pengendara dan komandan kendaraan. Lalu, di belakangnya barulah ruang yang diisi dua kursi untuk presiden dan istri serta dua kursi untuk pengawal.
 
"Kursi tersebut sangat aman terhadap ranjau sekaligus nyaman untuk presiden. Selain itu, ada fasilitas audio visual. Juga, kulkas untuk kebutuhan seperti minuman dingin. Kami juga memasang tangga hidrolis sehingga presiden bisa masuk dan keluar dengan mudah," ungkapnya. Dengan demikian, presiden tinggal duduk, pengemudi tekan tombol, kursi akan bergerak ke posisi yang paling nyaman di dalam panser.
 
Bukan hanya kenyamanan, Pindad sangat memperhatikan fitur keamanan. Misalnya, kamera yang diinstal pada depan dan belakang kendaraan. Kamera tersebut bisa melihat 360 derajat pemandangan di sekitar mobil baja. Pemandangan tersebut bisa dilihat melalui layar di dalam ruang VVIP. "Kamera ini juga dilengkapi thermal imaging"(teknologi mengambil objek gambar berdasar suhu). Karena itu, mereka bisa tetap melihat keadaan sekitar saat lampu tak berfungsi dan keadaan gelap total," ungkapnya.
 
Ketika ditanya kemungkinan produksi Anoa VVIP lagi "untuk kebutuhan ekspor, misalnya" Sena menyatakan, pihaknya" belum memikirkan hal tersebut. Sebab, Anoa VVIP adalah produk khusus yang dipesan Paspampres. "Misalnya untuk negara lain. Bisa saja. Tapi, setiap negara kan punya prosedur pengamanan VVIP yang berbeda-beda. Kalau untuk swasta, kami belum bisa," ungkapnya.
 
Bagaimana dengan biaya produksi? Soal dana, Sena mengatakan bahwa fitur yang ditambahkan tidak secara signifikan menambah harga Anoa. Dia menyebutkan, harga satu unit Anoa bisa mencapai sekitar Rp 8 miliar. Sampai saat ini produk tersebut telah dirancang tujuh varian. Di antaranya, varian ambulans,"angkut personel (APC),"komando,"logistik BBM, logistik munisi,"dan mortar carrier. "Ya tidak berubah signifikan, kan yang diubah hanya interiornya. Pakemnya tetap sama. Produk ini kan"dianggarkan dalam anggaran Paspampres yang dipesan melalui Mabes TNI. Jadi, tidak langsung dibayar," ungkapnya. 

sumber: JPNN

Minggu, 13 Oktober 2013

Submarine base nears completion


The Royal Thai Navy plans to complete the construction of a submarine squadron headquarters and training centre in March next year, despite not having any submarines in its fleet.
Construction on the project began last year at Chon Buri's Sattahip Naval Base. The navy is eyeing the purchase of at least three submarines as part of its next 10-year procurement plan.
Rear Admiral Panu Punyavirocha, Submarine squadron chief
Submarine squadron chief Panu Punyavirocha said the new headquarters will cost 540 million baht. About 200 million baht of that is being spent on the Submarine Command Team Trainer, which will include a crew training stimulator.
Former navy chief Adm Kamthorn Pumhiran ordered the submarine squadron to be formed in April 2011 in anticipation of the government's green light to purchase four used German submarines worth 7 billion baht.
The plan's cost-effectiveness and transparency were questioned, however, and in the end the government failed to approve the procurement in time for the purchase deadline set by Germany.
"Submarines are of strategic importance to Thailand," Rear Adm Panu said Saturday.
He insisted submarines are unique compared to other armaments in terms of their strategic capabilities. If territorial disputes in the South China Sea escalate, sea transport in the Gulf of Thailand could be shut down with severe economic ramifications, Rear Adm Panu said.
"The navy must maintain its defensive capabilities to ensure the free movement of vessels in and out of the Gulf of Thailand under all circumstances. This is a matter of sovereignty and territorial integrity," the squadron chief said.
Submarines would also act as a deterrent to hostile parties seeking to encroach into Thailand's maritime territory, he said.
Indonesia, Singapore, Malaysia and Vietnam have all commissioned submarine fleets and plan to procure more, Rear Adm Panu said, adding that there are now 19 submarines operating in neighbouring waters.
"Submarines are the invisible force of deterrence. They constitute a covert naval strength as they are nowhere to be seen but are present everywhere," he said.
Navy chief Narong Pipatanasai echoed the need for submarines.
"Although we don't have tens of billions of baht to spend on submarines, the navy must be prepared for when we will have them in the near future," the navy chief said, referring to the new training centre.
A Defence Ministry source said Prime Minister Yingluck Shinawatra, who doubles as defence minister, had instructed Supreme Commander Thanasak Patimaprakorn to devise a 10-year development plan for the armed forces.
The plan will sound out what armaments each branch of the military needs or wants.
Submarines will be included in the navy's 10-year plan, the source said.
Submarines will be important for maritime security when the Dawei deep sea port opens in Myanmar, with shipping lanes around the western coast expected to be bustling, the source added.
Rear Adm Panu said the navy needs at least three submarines, ranging in size from 500- to 3,000-tonne displacement. He dismissed concerns the Gulf of Thailand may be too shallow for submarines to operate.
He said several submarines from other countries had conducted drills in the Gulf.
"Those foreign navies probably know more than we do about the underwater terrain in the Gulf of Thailand," he said.
The navy has sent 18 officers for a 32-week submarine training course in Germany, and another 10 for a similar eight-week course in South Korea.
The navy plans to send more officers to attend exercises and seminars abroad to boost their knowledge of submarines, Rear Adm Panu said.
The new submarine training school will produce personnel with the skills to operate a future submarine fleet, he added.

Sumber: Bangkok post

Pindad produksi roket pertama yang dikendalikan GPS


PT Pindad tengah mengembangkan roket balistik pertama buatan Indonesia bernama Rhan 122. Roket ini bisa menembak dengan jarak 15 kilometer (Km) dan dikendalikan dengan GPS. Pada proyek ini Pindad tergabung bersama PT Dirgantara Indonesia, Dahana, Ristek dan BPPT dalam sebuah konsorsium.
Direktur Perencanaan dan Pengembangan PT Pindad, Wahyu Utomo, mengatakan roket balistik ini pernah di uji coba di Baturaja, Sumatera Selatan serta di Garut Selatan.
"Roket kita masih konsorsium, sudah di uji coba karena kita butuh lahan tembak," ucap Wahyu ketika ditemui di Monas, Jakarta, Jumat (4/10).
Pembuatan roket masih dalam tahap penyempurnaan dan mendapatkan tabel tembak. Tabel tembak baru bisa didapat jika sudah dilakukan pengujian beberapa kali dan tembakannya akurat.
"Tabel tembak, kita harus nembakin berapa ratus kali dan sekian kali. Kalau itu akurat baru dibuat tabel tembak. Nama roketnya Rhan 122," katanya.
Roket ini nantinya akan dipakai oleh TNI. Pasalnya, selama ini TNI masih memakai produk impor. Menurut Wahyu ini adalah roket balistik pertama untuk industri pertahanan.
"Sekarang ini akan diuji dulu. Ini roket balistik pertama untuk pertahanan. Ini nanti bisa kendalikan GPS di sirip siripnya kita kendalikan. Nanti ada GPS segala macam dan ini generasi pertama," jelasnya.
Roket ini ditargetkan bisa digunakan pada tahun 2015 mendatang. "Tergantung pemerintah tabel tembak selama 2 tahun lagi lah," tutupnya.

Sumber: Merdeka.com