Halaman

Powered By Blogger

SELAMAT DATANG DI ZMID

"ZMID" adalah kulasan berita yang berisi tentang Politik dan dunia militer baik dalam maupun luar negeri.

Jumat, 21 September 2012

Serang Iran, Israel Terancam Batal Damai dengan Mesir

Pesawat tempur milik Israel (Foto: AFP) 
Pesawat tempur milik Israel (Foto: AFP) 
 
TEL AVIV - Bila Israel bersikeras untuk melakukan serangan kepada Iran,kemungkinan besar proses perdamaian yang dihasilkan bersama Mesir dan Yordania, terancam batal. Hal ini diperingatkan oleh Amerika Serikat (AS) kepada Israel.

Seorang pejabat tinggi AS memperingatkan Israel bahwa Mesir dan Yordania bisa saja membatalkan traktat perdamaian yang sudah disepakati. Batalnya perjanjian damai itu tidak terlepas dengan ancaman Israel ke Iran, yang notabene adalah sekutu kedua negara tersebut.

Bila terjadi, hubungan diplomatik Israel dengan kedua negara tersebut juga dipastikan rusak. Menurut pihak AS, hal ini bisa saja terjadi karena pemimpin Arab sekarang tidak bisa mengendalikan rakyat mereka.

Sebagai contoh, beredarnya cuplikan film "Innocent of Muslim" yang menggerakan warga di Timur Tengah untuk melakukan aksi protes di jalanan.

"Sekarang, pemimpin Arab tidak bisa mengendalikan rakyat mereka, pengadilan jalanan yang mengendalikannya. Serangan Israel ke Iran tentunya hal terakhir yang diinginkan. Seluruh dunia Arab dan Muslim akan turun ke jalan menentang penyerangan tersebut," ucap pejabat AS yang tidak disebutkan namanya, seperti dikutip Reuters, Sabtu (22/9/2012).

"Apa yang terjadi dengan film (Innocent of Muslim), hanya sebagian kecil dari apa yang terjadi bila Israel melakukan serangan. Aksi massa besar-besaran yang bisa saja terjadi, akan menghancurkan perjanjian damai, meski Mesir dan Yordania menunjukkan penolakan mereka terhadapnuklir Iran," imbuhnya.

Selain mengorbankan hubungan antara Israel dengan Yordania dan Mesir, sebuah serangan tentunya bisa menimbulkan dampak hubungan diplomatik yang buruk antara Israel dengan negara Muslim lainnya di seluruh dunia.
 
 
Sumber: Okezone

Doktrin Pertahanan dan Kemajuan Militer Iran



Republik Islam Iran akhir-akhir ini giat mengembangkan alat pertahanan nasionalnya menyusul berbagai ancaman musuh khususnya Rezim Zionis Israel. Di sisi lain, Iran memberi jaminan kepada negara tetangga bahwa seluruh persenjataan militernya digunakan untuk kepentingan pertahanan dan tidak akan dimanfaatkan untuk mengancam stabilitas regional atau negara tetangga.
Baru-baru ini Iran mengapungkan kapal selam berat Tareq 901 hari Selasa (18/9) atas instruksi Panglima Besar Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei. Kapal selam Tareq 901 beberapa waktu lalu mengalami pembongkaran mesin yang ditangani langsung oleh para pakar dalam negeri.
Selain Kapal Selam Tareq, kapal perusak Sahand juga menambah perbendaharaan pertahanan Republik Islam Iran, khususnya di angkatan laut negara ini. Kapal perusak Sahand diproduksi setelah Iran sukses membuat dua kapal perusak lainnya, Jamaran dan Velayat.
Menyaksikan keberhasilan Iran ini banyak komentar dan kekaguman dari pihak luar, apalagi mengingat keberhasilan ini dicapai Tehran di tengah-tengah sanksi sepihak yang diterapkan musuh besarnya, Amerika Serikat. Namun bagaimana reaksi media dalam negeri Iran terkait kesuksesan ini.
Gambar kapal selam Tareq dan kapal perusak Sahand menghiasi koran-koran Iran edisi Rabu (19/9). Dua produk ini kian meningkatkan kemampuan pertahanan Iran di kawasan. Saat ini Republik Islam Iran memiliki angkatan laut terkuat di Timur Tengah. Ketika peran Irak-Iran, angkatan laut Tehran tak butuh waktu lama untuk menaklukkan musuh. Rahbar saat hadir di acara militer di kota Nowshahr menekankan kembali prinsip-prinsip dasar pertahanan Republik Islam Iran.
Koran Hamshahri mengutip pernyataan Rahbar menulis, "Kami tidak membenarkan agresi dan ancaman terhadap bangsa lain, namun militer harus meningkatkan kekuatannya sehingga musuh tidak mampu merusak pertahanan bangsa kita."
Koran Jamejam terkait hal ini di halaman mukanya menulis keberhasilan Iran ini dengan tajuk "Kapal Selam Tareq telah Diapungkan".
Koran Abrar di halaman utamanya memampang gambar parade lulusan taruna Universiatas Militer Iran di depan Rahbar di pangkalan angkatan laut Nowshahr dan mengutip pernyataan beliau, "Angkatan bersenjata harus menggapai kemampuan besar sehingga tidak ada yang berani mengganggu Iran."
Koran ini di beritanya juga mengutip pidato Rahbar dan menuli, Rahbar di depan para komando militer menyatakan kepuasannya atas kemajuan yang telah dicapai. Beliau mengingatkan bahwa penggabungan antara ilmu dan amal merupakan faktor utama terealisasinya tujuan dan perbuatan baik. Di pidatonya, Rahbar menyeru berbagai pihak untuk memperhatikan serius faktor penting ini.
Tehran Times menulis, Rahbar di pidatonya menjelaskan prinsip-prinsip dasar pertahanan nasional dan menilai menjaga semangat percaya diri, inovasi dan kreativitas akan membuat proses perkembangan terus berlanjut dalam angkatan bersenjata.
Fars News melaporkan, Ayatullah Khamenei Selasa (18/9) dalam pertemuan dengan para panglima militer dan panitia pameran keberhasilan militer, mengapresiasi perkembangan militer di berbagai bidang dan menilai peleburan ilmu pengetahuan dan amal sebagai faktor penting dalam terwujudnya tujuan-tujuan dan terlaksananya tugas. 


Sumber: Irib

Kamis, 20 September 2012

AS akan Jual 8 Helikopter Tempur Apache ke Indonesia


VIVAnews - Amerika Serikat akan menjual delapan unit helikopter tempur Apache AH-64/D kepada Indonesia. Ini merupakan perkembangan terkini kerjasama pertahanan antarnegara setelah Washington beberapa waktu lalu memberi hibah 24 unit jet tempur F-16 ke Jakarta. 

Menurut kantor berita Reuters, rencana penjualan itu dikemukakan Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, kepada Menlu RI Marty Natalegawa di Washington DC pada Kamis sore waktu setempat (Jumat pagi WIB). Kedua menteri bertemu untuk pertemuan kali ketiga Komisi Bersama AS-Indonesia, yang membahas perkembangan kemitraan komprehensif bilateral.

Kepada wartawan, Menlu Clinton mengatakan bahwa Kongres telah diberitahu perihal rencana pemerintahnya menjual helikopter tempur Apache ke Indonesia. "Persetujuan ini akan memperkuat kemitraan komprehensif dan membantu meningkatkan keamanan di kawasan," kata Clinton.

Di bawah pemerintahan Barack Obama, AS saat ini tengah mempererat kerjasama pertahanan dengan Indonesia. Ini sejalan dengan perubahan strategi keamanan AS, yang mulai berfokus ke Asia Pasifik setelah terlibat perang di Irak dan Afganistan.

AS juga telah meningkatkan kerjasama militer dengan sekutu-sekutu tradisionalnya di Asia Pasifik, seperti Filipina dan Australia. Manuver-manuver Washington di kawasan ini pun mengundang perhatian serius dari China, karena dianggap sebagai upaya membendung pengaruh dan ancaman Beijing. 

Tahun lalu, AS mengumumkan hibah 24 unit jet tempur F-16 ke Indonesia. Dua lusin jet tempur itu tidak lagi digunakan oleh militer AS dan harus mengalami pemutakhiran teknologi, yang biayanya harus ditanggung Indonesia.


Sumber: Vivanews

Rabu, 19 September 2012

Iran Perkuat Teluk Persia dengan Kapal Selam Rusia

The Taregh-1 (Foto: RT) 
The Taregh-1 (Foto: RT)
 
TEHERAN - Dua hari setelah Amerika Serikat dan 30 negara lainnya memulai latihan angkatan laut internasional di Teluk Persia, Iran mengumumkan akan mengirimkan kapal selam buatan Rusia ke kawasan Teluk Persia. Langkah ini diambil untuk memperkuat pasukannya di kawasan tersebut.

Kapal yang dikenal dengan nama The Taregh-1 kabarnya telah dikirim ke Pelabuhan Bandar Abbas. Tidak hanya kapal selam, namun kapal perusak The Sahand juga telah dikerahkan ke Teluk Persia. Kedua kapal ini siap kembali beroperasi setelah sebelumnya sempat mengalami perbaikan.

Terkait dengan hal ini Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Khameni mengatakan, langkah tersebut diambil bukan bertujuan untuk menyerang negara lain.

"Angkatan bersenjata Iran harus ditingkatkan sedemikian rupa sehingga tidak seorang pun dapat melanggar benteng yang telah diperkuat Iran," ujar Khameni, seperti dikutip Russian Today, Rabu (19/9/2012).

Sementara itu wakil menteri pertahanan Inggris Phillip Hammond memberikan komentar terkait dengan keterlibatan Inggris dalam latihan di Teluk Persia. Menurut Hammond latihan tersebut digelar untuk menjamin keamanan jalur pelayaran internasional.

"Inggris berkomitmen untuk memastikan kebebasan navigasi di perairan internasional seperti di Teluk Persia. Gangguan terhadap pelayaran di Teluk Persia akan mengancam stabilitas regional dan pertumbuhan ekonomi. Setiap upaya yang dilakukan Iran untuk mengupayakan hal ini ilegal dan tidak akan berhasil," tegas Hammond.

Latihan ini terjadi di tengah memanasnya krisis nuklir Iran dan isu penutupan Selat Hormuz yang merupakan jalur strategis perdagangan minyak dunia.

Pengamat Timur Tengah Tariq Ali mengatakan bila Israel dan AS nekat menyerang Iran maka Negeri Persia itu akan meluncurkan serangan balasan melalui beberapa wilayah.

"Mereka (Iran) pada dasarnya dapat membuka front baru di Afghanistan, di perbatasan Irak dan mereka dapat memanfaatkan Hezbollah untuk melancarkan serangan ke Israel. Ini bukan hanya pertempuran di udara namun ini pertempuran di tiga atau empat wilayah dan AS menyadari hal ini," ujar Ali.

Namun Ali meragukan bahwa manuver Barat di Teluk Persia ini merupakan pertanda bahwa serangan semakin dekat. "Bila Israel memutuskan meluncurkan serangan mereka tidak akan mengumumkannya sebelum hal itu terjadi, seperti kasus serangan terhadap serangan reaktor nuklir di Irak," beber Ali.
 
 
Sumber: Okezon

Malaysia Membuat Proyek Teknologi Pertahanan Militer

AHMAD FARIS menunjukkan pelan projek Taman Teknologi Pertahanan dan Keselamatan Malaysia di Kuala Lumpur, semalam. 
AHMAD FARIS menunjukkan pelan projek Taman Teknologi Pertahanan dan Keselamatan Malaysia di Kuala Lumpur, semalam.


Projek seluas 485 hektar di Sungkai, Perak berpotensi wujud 50,000 peluang pekerjaan

PROJEK Taman Teknologi Pertahanan dan Keselamatan Malaysia (MDSTP) yang akan dimajukan di tapak seluas 485 hektar di Sungkai, Perak berpotensi menarik pelaburan berjumlah RM15 bilion serta mewujudkan 50,000 peluang pekerjaan baru.
Projek industri pertahanan pertama seumpamanya di ASEAN yang akan dimajukan secara usaha sama antara Kementerian Pertahanan dengan syarikat tempatan Masterplan Consulting Sdn Bhd itu, bertujuan menyediakan sebuah kawasan perindustrian bertaraf dunia yang khusus untuk penjanaan inovasi dan teknologi dalam bidang berkaitan pertahanan.

Dengan nilai pembangunan kasar (GDV) RM1.4 bilion MDSTP akan dimajukan dalam tiga fasa bagi tempoh 12 tahun dan dilengkapi prasarana yang terbaik, meliputi pusat penyelidikan dan pembangunan (R&D), komersial, universiti serta kawasan perindustrian.

Ia disasarkan untuk menarik pelaburan dalam enam sektor iaitu avionik dan aeroangkasa, automotif, maritim, senjata, ICT serta pengguna biasa yang memberi sokongan kepada industri pertahanan.

Ketua Eksekutif Masterplan Consulting, Datuk Ahmad Faris Abdul Halim, berkata pembangunan fasa pertama projek di tapak seluas 223 hektar itu akan dimulakan akhir tahun ini.

Ia, katanya akan membabitkan pembangunan pusat penyelidikan dan pembangunan (R&D), bangunan utama, pusat komersial, universiti dan kawasan perindustrian.
"Pembangunan fasa pertama dengan GDV RM756 juta ini dijangka mengambil masa selama lima tahun untuk disiapkan.

"Fasa kedua pula dijangka mengambil masa selama empat tahun dan fasa ketiga selama tiga tahun membabitkan pembangunan pusat logistik, kawasan PKS serta penambahan kawasan industri tertentu dengan GDV masing-masing sebanyak RM368 juta dan RM396 juta," katanya pada sidang media di Kuala Lumpur semalam.

Hadir sama Ketua Pegawai Operasinya, Khairul Nizam Mohd Sayuti dan Pengurus Pemasarannya, Amal Aziz.

Ahmad Faris berkata, setakat ini 500 syarikat dalam dan luar negara telah menyatakan minat untuk melabur di MDSTP.

Katanya, sebagai permulaan, Masterplan Consulting pertengahan bulan ini akan memeterai memorandum persefahaman (MoU) dengan lima syarikat yang akan melabur dalam projek bersepadu ini.

Beliau berkata, syarikat berkenaan ialah The Association of Italian Companies on Aerospace, Defence and Security yang merancang melabur RM4 bilion dalam bidang berkaitan keselamatan dan pertahanan siber, medan perang berkonsep maya, teknologi pembuatan komposit serta bandar pintar.

Empat syarikat lain, katanya ialah Stratsec Net Sdn Bhd dengan cadangan pelaburan RM30 juta; Huawei Technologies (Malaysia) Sdn Bhd (RM200 juta); McAfee (M) Sdn Bhd (RM60 juta) dan Caibros International Sdn Bhd dengan China Green International (M) Sdn Bhd sebanyak RM20 juta.

Ahmad Faris berkata, projek itu diharapkan mengurangkan kebergantungan negara terhadap negara lain dalam menghasilkan pengeluaran senjata dan teknologi pertahanan.

"Ia juga bakal membuka peluang kepada Malaysia untuk menjadi negara pengeksport penting dalam industri pertahanan di rantau Asia.

"Penubuhan MDSTP ini juga akan membolehkan negara ASEAN bekerjasama dalam mengeluarkan peralatan serta teknologi pertahanan sendiri di samping mengurangkan kebergantungan kepada negara luar," katanya. 
Sumber: Berita Harian

Selasa, 18 September 2012

Heli Militer Jadi Andalan PT DI

Hrlikopter EC-275 Pengembangan dari Super Puma

BANDUNG, suaramerdeka.com -  Selain pesawat sayap tetap versi patroli maritim, minat terhadap helikopter produksi PT Dirgantara Indonesia juga terus menunjukan peningkatan. Kebanyakan heli tersebut ditujukan untuk kepentingan militer.

Pemesannya memang didominasi Kementerian Pertahanan guna memperkuat alutsista TNI. Meski demikian, secara kuantitas, heli yang dipesan relatif signifikan termasuk bagi pendapatan perusahaan.

Ditambah pesanan terhadap pesawat sayap tetap terutama CN-235 MPA dan anti kapal selam, nilai kontrak yang diraih PT DI mencapai Rp 8,2 triliun. Ini di luar pencapaian tahun 2011 yang mencapai lebih dari Rp 1 triliun.

Berdasarkan keterangan Asisten Direktur Utama PT DI Bidang Sistem Jaminan Mutu, Sonny Ibrahim Saleh, sejak 2012, BUMN strategis itu akan menggarap 11 unit heli anti kapal selam AL dan delapan unit heli serang AD.

"Untuk anti kapal selam jenisnya adalah Superpuma karena faktor peralatan pendukung sedangkan untuk tujuan serang bukan lagi NBO-105 tapi kemungkinan Ecureuil," tandasnya di Bandung, Selasa (18/9). 

Kemungkinan yang dimaksudkan Sonny adalah Eurocopter AS350 Ecureuil. Di saat yang sama, PT DI juga tengah memenuhi pesanan 7 unit heli buatan pabrikan asal Eropa berjenis lainnya. Enam di antaranya untuk AD. Jenisnya adalah EC-725 Cougar varian Combat SAR and Personal Recovery. Pengerjaan tersebut di luar jumlah pesanan atas heli angkut personil Bell 412 EP untuk kepentingan TNI.


Sumber: Suara merdeka

PT DI Rampungkan Pesanan CN-235 Turki Senilai Rp 151 Miliar


BANDUNG, TRIBUN - Tingkat kepercayaan dunia internasional kepada PT Dirgantara Indonesia (DI) cukup tinggi. Itu terlihat pada jalinan kontrak antara lembaga BUMN yang dulunya bernama Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) dan berbagai negara, baik Asia maupun Eropa. Satu di antaranya, adalah Turki.

Kepala Tim Komunikasi PT DI, Sonny Saleh Ibrahim, mengemukakan, sejak 6 tahun silam, pihaknya bersepakat dengan Turki untuk mengerjakan 10 unit CN 235. Pemesanan itu merupakan modifikasi. "Turki memfungsikan CN 235 tersebut menjadi pesawat Maritim Patrol," ujar Sonny di PT DI, Selasa (18/9).

Dalam perkembangan pembuatan pemesanan Turki itu, kini, pihaknya siap melakukan flight test (uji coba) pesawat ke-8. Sonny mengatakan, pihaknya optimistis, dalam dua tahun mendatang, pihaknya siap menuntaskan proyek pemesanan Turki tersebut mengingat kontraknya berdurasi 8 tahun atau hingga 2014.

"Nilai kontrak dengan Turki itu tergolong besar. Angka kontrak engineer-nya mencapai 2 juta dolar AS per tahun. Jadi, selama 8 tahun kontrak, nilainya sejumlah 16 juta dolar AS (sekitar Rp 151 miliar.RED)," sebut Sonny.


Sumber: Tribunnews

Minggu, 16 September 2012

China Kian Percaya Diri Perkuat Industri Militer Dalam Negeri


VIVAnews - Saat China beralih ke Rusia untuk pasokan persenjataan canggih di dekade 1990an, negara komunis itu pun mulai membangun kekuatan militer dengan anggaran yang besar. Dalam dua dekade terakhir, China secara massal mengganti alat utama sistem pertahanan kuno peninggalan 1950an dengan persenjataan terkini.

Menurut kantor berita Reuters, China tidak hanya mengimpor senjata dari Rusia. Perlahan-lahan, Beijing juga mendukung alih teknologi dan membangunan kompleks industri militer secara besar-besaran, sehingga di masa depan tidak lagi bergantung dari luar negeri.

Walau masih dikendalikan rezim komunis, China dikabarkan melibatkan pihak swasta nasional untuk mendukung industri strategis ini, baik dari segi pendanaan maupun pengembangan riset dan teknologi. Pembangunan industri militer nasional itu, seiring dengan terus bertambahnya anggaran militer dari tahun ke tahun, mengundang penasaran dari beberapa negara.

Kemandirian China dalam industri alutsista itu tidak lepas dari kebijakan negara-negara Barat, yang melarang penjualan senjata ke Tiongkok sejak Tragedi Tiananmen 1989. Negara-negara Barat, seperti AS dan Eropa, dikenal mengaitkan situasi hak asasi manusia di negara pengimpor sebagai syarat kerjasama jual-beli alutsista.

Situasi itu memotivasi China untuk membuat senjata secara mandiri. Menurut kalangan pengamat China dan Barat, lambat-laun Beijing mulai percaya diri mengurangi ketergantungan atas Rusia dan negara-negara pemasok.

Kemampuan China itu sejalan dengan dinamisnya ekonomi mereka dalam tiga dekade terakhir. "Sektor pertahanan suatu negara harus mencerminkan kekuatan ekonomi yang bersangkutan," kata Wu Da, seorang manajer portofolio dari Changsheng Fund Management Co Ltd, firma berbasis di Beijing yang berinvestasi di saham-saham pertahanan China.

Namun, Wu menilai bahwa pemerintah terus menjaga ketat kerahasiaan sektor pertahanan ini. Maka sulit untuk diakses seberapa besar perkembangan industri itu.

"Beberapa kelompok usaha pertahanan China sudah cukup kuat setelah begitu besar belanja militer dalam beberapa tahun terakhir. Namun, kita tidak tahu secara pasti seberapa besar perkembangan mereka secara finansial atau teknologi karena China tidak ingin yang lain tahu," kata Wu.

Manuver Korporat

Beberapa anak perusahaan kontraktor militer China, yang masuk dalam bursa saham, diketahui ingin membeli sedikitnya US$3,15 miliar aset-aset dari perusahaan induk mereka di paruh kedua tahun ini. Langkah itu diketahui dari keterangan di lantai bursa saham di Shanghai dan Shenzen. 

Langkah pembelian ini bakal melipatgandakan nilai-nilai aset terkait militer yang disuntik ke perusahaan-perusahaan itu sejak 2007. Beijing rupanya tengah gencar melaksanakan program ambisius untuk memprivatisasi sebagian besar industri senjata, yang mempekerjakan lebih dari satu juta orang di lebih dari 1.000 badan usaha milik negara.

Tujuan jangka panjangnya adalah mentransformasi beberapa kontraktor terkemuka - seperti China State Shipbuilding Corporation (CSSC), Aviation Industry Corporation of China (AVIC) dan China Aerospace Science and Industry Corporation - menjadi seperti model perusahaan alutsista asal Amerika, seperti Lockheed Martin dan Northrop Grumman atau BAE Systems dari Inggris.

Rencana membeli lebih banyak aset perusahaan-perusahaan induk kontraktor militer itu akan membuat anak-anak perusahaannya - yang sudah go public di bursa saham - bisa menggalang dana lebih banyak untuk mendanai riset dan pengembangan teknologi militer China.


Sumber: Vivanews